15 Maret 2011

AHA 2010

author: T. M. Haykal Putra, S.Ked

American Heart Association(AHA) merupakan sumber utama algoritma bantuan hidup dasar yang telah dijadikan acuan sistem kesehatan di berbagai negara. Algoritma AHA yang telah lazim diketahui dan menjadi bahan pelatihan bantuan hidup dasar adalah panduan yang diterbitkan tahun 2005.

Terhitung sejak tahun 2010, AHA telah mengeluarkan update terbaru berisi rekomendasi baru mengenai bantuan hidup dasar. Panduan terbaru 2010 merupakan hasil evaluasi dari implementasi panduan bantuan hidup dasar tahun 2005 dan dipadu dengan evidence based terbaru. DI Indonesia, kajian mengenai penerapan panduan ini untuk digunakan secara resmi masih belum diterbitkan. Walaupun demikian, pengetahuan mengenai panduan terbaru ini mutlak diperlukan, bukan hanya untuk memperluas wawasan namun juga untuk evaluasi panduan bantuan hidup dasar yang selama ini kita gunakan.

Ada beberapa latar belakang mengapa hanya dalam waktu 5 tahun panduan yang telah melekat di berbagai sistem kesehatan direkomendasikan untuk diperbarui. Berikut disertakan beberapa ulasan latar belakang munculnya rekomendasi baru panduan bantuan hidup dasar 2010:

1. Evaluasi 4 chains of survival

Early recognition & activation, Early CPR, Early defibrilation, Early access to EMS adalah 4 prinsip utama yang selama ini dianut dalam bantuan hidup dasar. Evaluasi mendalam beserta evidence based terbaru menyatakan bahwa ada poin tambahan yang sebenarnya esensial, namun terabaikan. Rekomendasi terbaru akan dibahas pada bagian lain dari artikel ini.

2. Evaluasi kualitas pelaksanaan Cardio Pulmonary Rescucitation (CPR)

Menurut fakta di lapangan, pelaksanaan CPR sering tidak memenuhi kualitas yang diharapkan. Berbagai faktor ikut mempengaruhi kualitas dilaksanakannya CPR yang berkualitas termasuk kesiapan mental penolong awam hingga kelelahan yang tidak disadari penolong. Syarat kualitas baik dari pelaksanaan CPR akan dibahas pada bagian lain dari artikel ini.

3. Evaluasi pelaksanaan CPR pada penolong dengan perbedaan latar belakang

Didapatkan data bahwa pelaksanaan panduan bantuan hidup dasar 2005 oleh penolong awam tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pada CPR. Poin yang sering terlupakan adalah menghindari keterlambatan kompresi dada dan terlalu lama memeriksa adanya denyut nadi. Kelalaian dalam poin-poin tersebut berakibat sangat fatal dalam menurunkan kemungkinan berhasilnya CPR. Oleh karena itu, didasarkan pada latar belakang demikian, perbedaan panduan berdasarkan kemampuan penolong direkomendasikan dalam panduan terbaru.

Chain of survival menurut AHA 2010:

1. Immediate recognition and activation of emergency response system

2. Early CPR

3. Early defibrilation

4. Effective advanced life support

5. Integrated post-cardiac arrest care

Berikut adalah beberapa keynote dan highlights dari rekomendasi terbaru panduan bantuan hidup dasar:

1. Pemeriksaan fungsi sirkulasi berupa perabaan denyut nadi selama 10 detik hanya direkomendasikan bagi tenaga medis. Rekomendasi tersebut dipertimbangkan atas dasar:

a. Perabaan denyut nadi selama 10 detik sering kali tidak mencerminkan fungsi sirkulasi korban.

b. Penekanan CPR terutama pada kompresi dada ditujukan pada penolong orang awam, sehingga diharapkan pemeriksaan fungsi sirkulasi tidak menunda pelaksanan kompresi dada.

c. Pemeriksaan sirkulasi dengan perabaan nadi bagi penolong awam terlalu memakan banyak waktu sehingga terjadi penundaan CPR

d. Penolong awam kerap menemui kesulitan dalam mendeteksi apakah fungsi sirkulasi pasien berfungsi atau tidak

2. Meminimalisir keterlambatan kompresi dada adalah prinsip utama.

3. Look, feel, listen” untuk evaluasi fungsi pernapasan tidak lagi direkomendasikan.

a. Penolong, baik awam ataupun tenaga kesehatan terlatih, sebaiknya segera memulai CPR jika menemukan korban dewasa yang tidak sadar dan tidak bernapas atau tidak bernapas dengan normal (gasping). Hal ini dikarenakan pelaksanaan evaluasi fungsi pernapasan terlalu memakan banyak waktu (10 detik).

4. Perubahan konsep ABC (airway – breathing – Chest Compressions) menjadi CAB (Chest Compression – Airway – Breathing) bagi korban dewasa.

a. Perubahan mendasar ini terutama hanya diperuntukkan bagi penolong awam terlatih.

b. Penyebab henti jantung tersering adalah VF dan pulseless VT yang terapi utamanya adalah kompresi dada dan defibrilasi. Jika pada keadaan demikian penolong menunda dilakukannya kompresi dada, kemungkinan terjadinya Return of Spontaneous Circulation (ROSC) sangat kecil.

c. Pada kenyataannya algoritma ABC sering menimbukan penundaan untuk melakukan kompresi dada.

d. Algoritma ABC dimulai dengan prosedur yang sulit bagi orang awam yaitu membuka jalan napas dan memastikan napas masuk.

5. 3 prototipe CPR yang diperuntukkan bagi penolong dengan latar belakang berbeda. Hl ini didasarkan pada berbagai pertimbangan yang telah dijelaskan sebelumnya.

a. Hands-only CPR yang diperuntukkan bagi penolong awam.

b. Conventional CPR yang diperuntukkan bagi penolong awam terlatih dan tenaga medis.

c. CPR + defibrilasi yang diperuntukkan bagi tenaga medis terlatih.

Berikut adalah syarat CPR dengan kualitas baik:

1. Frekuensi baik (100 x/min)

2. Kedalaman baik (sekurang-kurangnya 5 cm pada orang dewasa dan 1/3 tebal dada pada anak-anak)

3. Memberikan kesempatan bagi dada untuk mengembang sempurna

4. Meminimalisir interupsi dalam kompresi dada

5. Menghindari ventilasi yang berlebihan

Berbagai prinsip yang tidak disebutkan dalam artikel ini dapat ditelusuri lebih lanjut dalam panduan bantuan hidup dasar yang dapat diakses pada situs yang dicantumkan ada referensi.


Referensi:

Hazinski MF, Field JM. 2010 American heart association guidelines for cardiopulmonary rescucitation and emergency cardiovascular care science. AHA: 2010. www.circ.ahajournals.org. Downloaded at October 19th 2010.

EIDCP mempersembahkan blog ini bagi para dokter umum, dokter spesialis, mahasiswa kedokteran dan tenaga medis yang ingin mengetahui update terbaru pengetahuan ataupun kemampuan manajemen keadaan kegawatdaruratan medis. Semua artikel telah di review oleh dewan Ilmiah EIDCP bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia.

Diberdayakan oleh Blogger.

Support

join grup facebook

Sponsors

Share on Facebook

video