27 Agustus 2009

Asidosis metabolic

author: ruly rahadianto

Peningkatan asam pada cairan tubuh yang dicerminkan dengan penurunan [HCO3-] dengan kompensasi penurunan pCO2.1

Asidosis metabolic dapat dibedakan menjadi yang diikuti peningkatan anion gap maupun yg tidak.1,2,3,4,5

Penyebab asidosis metabolic dengan peningkatan AG1,2

Endogen

- asidosis laktat tipe A, B, d

- ketoasidosis diabetikum, starvasi

- uremia

Eksogen

- methanol

- etilen glikol

- paraldehid

- salicylate

- hiperalimentasi

- ketoasidosis alkohol

Workup

- periksa keton urin dan gula darah

- jika keton (-), periksa fungsi ginjal, laktat, dan osmolal gap

- jika osmolal gap > 10 sangat mungkin disebabkan keracunan methanol

Penyebab asidosis metabolic tanpa peningkatan AG1,2

Saluran cerna

- diare

- fistula

Ginjal

- RTA

- AKI

Lain-lain

- ingesti acetazolamid, sevelamer, cholestyramin, toluene

- infus dengan cairan tanpa bikarbonat yang terlalu cepat (dilutional)

- alkalosis respiratorik yg terlalu cepat dikoreksi

Workup

- anamnesis teliti

- anion gap urin (UAG)=(UNa+UK)-UCl

o jika (-), terjadi peningkatan ekskresi NH4 sehingga disimpulkan fungsi ginjal baik. Penyebab: GI, RTA tipe II, ingesti atau dilutional.2

o Jika (+), ginjal tidak mampu mengekskresi NH4. Penyebab: RTA tipe I (biasanya K plasma turun) atau RTA tipe IV (K naik), AKI.2

o Interpretasi UAG ini hanya pada pasien tanpa deplesi volume dan atau asidosis metabolic dengan peningkatan AG. Karena dapat memberikan hasil (+) palsu.2

Tatalaksana

- perbaiki underlying disorder : diare, dll1

- KAD tatalaksana sesuai protokol3

- Asidosis laktat perbaiki underlying disease dan hindari vasokonstriktor2

- Methanol dan etilen glikol dengan terapi diuresis, vitamin B6, thiamin, hemodialisis jika perlu2

- Koreksi dengan biknat hanya dilakukan jika asidosis metabolic berat atau diperkirakan tidak terkompensasi dengan sendirinya.1,2 Atau pada keadaan dengan gagal ginjal.3,4 Sementara untuk KAD pemberian biknat masih controversial.5

- Asidosis metabolic berat didefinisikan sebagai pH <>2 Karena pada pH demikian sangat mudah terjadi disritmia akibat gangguan kontraktilitas otot jantung dan respons terhadap katekolamin.5

- Target pH adalah >7.2 dan HCO3 > 8 (kecuali pada gagal ginjal dimana target adalah nilai normal)2,3. Untuk banyaknya biknat yg diberikan dapat dengan langsung memberikan biknat IV sebesar 50-100 mEq dititrasi sampai konsentrasi HCO3 sesuai target.4,5 Cara cepat: 100mEq jika pH <>3

o Dengan defisit basa

HCO3 = defisit basa x BB (kg) / 4

o Dengan kadar HCO3

HCO3 = (HCO3 target-HCO3 terukur) x BB x 0,6

Referensi

1. Gomella L, Haist S. Blood Gases and Acid Base Disorders. Dalam: Clinicians Pocket Reference 10th ed. New York, McGraww-Hill; 2004:159-164

2. Sabatine M. Acid Base Disturbances. Dalam: Pocket Medicine 3rd ed. Philadelphia, Lippincot William & Willkins; 2008

3. Setyohadi B, Salim S. Gangguan Keseimbangan Asam Basa. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III, edisi keempat. Jakarta, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006: 143-149.

4. DuBose TD. Jr. Acidosis and Alkalosis. Dalam: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS et al (eds). Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th. McGraww-Hill. New York. 2005:267-70.

Hipp A, Sinert R. Metabolic acidosis: treatment & medication. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/768268-treatment. Diakses tanggal 17 Agustus 2009.

Jenis cairan : Koloid

author: ruly rahadianto

Koloid mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu parah koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah. Contoh cairan koloid antara lain dekstran, haemacel, albumin, plasma dan darah.1,3

Secara umum koloid dipergunakan untuk2 :

1. Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia.

2. Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.

Tabel 2, berbagai cairan koloid4

Cairan

pH

Na+

Cl-

K+

Ca2+

Laktat

Glukosa

Osmolalitas

Lain-lain

Albumin (5%

6.4-7.4

130-160

130-160

<>

0

0

0

309

50g/L albumin

Albumin (25%)

6.4-7.4

130-160

130-160

<>

0

0

0

312

250g/L albumin

Hetastarch 6%

5.5

154

154

0

0

0

0

310

60 g/L starch

Pentastarch 10%

5.0

154

154

0

0

0

0

326

100 g/L starch

Dextran-40

(10% solution)

3.5-7.0

154

154

0

0

0

0

311

100 g/L dextran

Dextran-70

(6% solution)

3.0-7.0

154

154

0

0

0

0

310

60 g/L dextran

Haemaccel 3.5%

7.4

145

145

5

6.25

0

0

293

35 g/L gelatin

Gelofusine

7.4

154

125

0

0

0

0

308

40 g/L gelatin

Referensi

1. Suntoro, A, Terapi Cairan Perioperatif, dalam Muhiman, M. dkk., Anestesiologi, CV. Infomedika, Jakarta.

2. Mulyono, I., Jenis-jenis Cairan, dalam Symposium of Fluid and Nutrition Therapy in Traumatic Patients, Bagian Anestesiologi FK UI/RSCM, Jakarta.

3. Sunatrio, S, Larutan Ringer Asetat dalam Praktek Klinis, Simposium Alternatif Baru Dalam Terapi Resusitasi Cairan, Bagian Anestesiologi FKUI/RSCM, Jakarta, 14 Agustus 1999.

4. Martin, Gregory S, MD, MS. An Update on Intravenous Fluids. 2005. Diunduh dari http://cme.medscape.com/viewarticle/503138. Diakses tanggal 12 Juni 2009.

24 Agustus 2009

jenis cairan : kristaloid

author: ruly rahadianto


Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskuler 20-30 menit. Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke interstital berlangsung selama 30-60 menit sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48 jam sebagai urine.1,3 Secara umum kristaloid digunakan untuk meningkatkan volume ekstrasel dengan atau

tanpa peningkatan volume intrasel.2

Tabel 1, berbagai cairan kristaloid2

Cairan

Na+

(mEq/L)

K+

(mEq/L)

Cl-

(mEq/L)

Ca++

(mEq/L)

HCO3

(mEq/L)

Tekanan Osmotik

(mOsm/L)

Ringer Laktat

130

4

190

3

28*

273

Ringer Asetat

130

4

109

3

28#

273

NaCl 0,9 %

154

0

0

0

0

308

* sebagai laktat #sebagai asetat

Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah.5

Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio dan sindroma syok. NaCl 0,45 % dalam larutan Dextrose 5 % digunakan sebagai cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan insensibel.5

Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.4

Referensi

1. Mulyono, I., Jenis-jenis Cairan, dalam Symposium of Fluid and Nutrition Therapy in Traumatic Patients, Bagian Anestesiologi FK UI/RSCM, Jakarta.

2. Tonessen AS., 1990, Crystalloids and Colloid, in Miller, RD., Anesthesia, Ed 3rd, Vol. 2. Churchill Livingstone, p : 1439-1465.

3. Sunatrio, S, Larutan Ringer Asetat dalam Praktek Klinis, Simposium Alternatif Baru Dalam Terapi Resusitasi Cairan, Bagian Anestesiologi FKUI/RSCM, Jakarta, 14 Agustus 1999.

4. Darmawan, Iyan, MD, Cairan Alternatif untuk Resusitasi Cairan : Ringer Asetat, Medical Departement PT. Otsuka Indonesia, Simposium Alternatif Baru Dalam Terapi Resusitasi Cairan. Bagian Anestesiologi FKUI/RSCM, Jakarta, 14 Agustus 1999


5. Martin, Gregory S, MD, MS.
An Update on Intravenous Fluids. 2005. Diunduh dari http://cme.medscape.com/viewarticle/503138. Diakses tanggal 12 Juni 2009

EIDCP mempersembahkan blog ini bagi para dokter umum, dokter spesialis, mahasiswa kedokteran dan tenaga medis yang ingin mengetahui update terbaru pengetahuan ataupun kemampuan manajemen keadaan kegawatdaruratan medis. Semua artikel telah di review oleh dewan Ilmiah EIDCP bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia.

Diberdayakan oleh Blogger.

Support

join grup facebook

Sponsors

Share on Facebook

video