08 Agustus 2009

Manajemen Luka Bakar

author: nurina meiriani

Luka bakar adalah suatu kondisi kerusakan jaringan yang dapat diakibatkan oleh trauma panas, kimia, listrik, cahaya matahari, ataupun radiasi nuklir.1

Klasifikasi:

Luka bakar diklasifikasikan dalam tiga derajat kerusakan, yaitu:


Klasifikasi

Jaringan yang rusak

Klinis

Tes Jarum “Pin prick”

Waktu Sembuh

Hasil

I

Epidermis

- Sakit

- Merah

- Kering

Nyeri

7 hari

Normal

II

Dangkal

Sebagian dermis, folikel, rambut dan kelenjar keringat utuh

Sakit merah/kuning, basah, bula

Nyeri

atau

normal

7 – 14 hari

Normal, pucat, berbintik

II

Dalam

Hanya kelenjar keringat yang utuh

Sakit merah/kuning, basah, bula

Tidak

begitu

nyeri

14 – 31 hari

Pucat, depigmen-tasi, rata, mengkilat, rambut (-), sikatriks, hipertropi

III

Dermis seluruhnya

Tidak sakit, putih, coklat, hitam, kering

Tidak nyeri

21 hari persekun-dam

Sikatriks, hipertropi

Luas luka bakar dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk menghitung secara cepat dipakai Rule of Nines dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda.2,3 Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan menggunakan luas telapak tangan penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan = 1% luas permukaan tubuh.

Rule of Nines

Area luka bakar

Persentase(dalam persen)

Seluruh kepala(muka dan belakang) dan leher

9

Dada

9

Perut

9

Ekstremitas atas (kiri dan kanan)

2 x 9

Punggung dan bokong

2 x 9

Paha dan betis (kiri dan kanan)

4 x 9

Perineum dan genitalia

1

Total

100


Tata Laksana

Evaluasi ini meliputi jalan napas, pertukaran udara dan stabilitas sirkulasi. Selain itu juga harus diketahui mekanisme terjadinya luka bakar, ada tidaknya gangguan inhalasi, luka bakar pada kornea dan intoksikasi karbon monoksida. Beratnya luka bakar ditentukan dengan menilai derajat serta luas luka bakar.4


Langkah-langkah pertolongan pertama:

1). Tidak panik

2). Mengurangi berat luka bakar dengan cara memadamkan api atau benda panas(pakaian penderita dilepaskan) dan pindahkan penderita ke tempat yang aman. Jika luka bakar disebabkan oleh listrik, padamkan kontak listrik. Jika dikarenakan trauma bahan kimia, irigasi area yang terkena.1 Selimuti tubuh penderita dengan selimut atau kain bersih jika luka bakar cukup luas.

3). Lakukan primary survey5

1. A – (Airway) : Sumbatan jalan nafas dapat terjadi akibat cedera inhalasi. Tanda yang mungkin ada yaitu kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi (stridor hoarness), edema mukosa mulut dan jalan nafas, ditemukan sisa-sisa pembakaran di hidung atau mulut dan luka bakar mengenai muka atau leher. Cedera ini harus segera ditangani karena angka kematiannya sangat tinggi.

2. B – (Breathing) : Ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri atau eskar yang melingkar di dada.

3. C – (Circulation) : Keluarnya cairan dari pembuluh darah terjadi karena hiperpermeabilitas pembuluh darah. Hal ini juga menjadi penyebab terjadinya acute lung injury akibat edema paru.1 Bila disertai syok (suplai darah ke jaringan kurang), tindakannya adalah atasi syok lalu lanjutkan resusitasi cairan.

4. D – (Disability) : Status neurologis penderita.

4). Resusitasi cairan

Pemasangan infus dilakukan untuk mencegah syok. Pada penderita dewasa, resusitasi cairan dapat diberikan pada luka bakar derajat 2 atau 3 yang mengenai > 20% luas permukaan tubuh. Sedangkan untuk anak-anak, resusitasi cairan dapat diberikan jika > 15%, dan pada bayi > 10%.10 Rumus Parkland dapat digunakan sebagai panduan resusitasi cairan pada 24 jam pertama, yaitu 4 mL/kgBB/persen luka bakar solusio Ringer Laktat. Setengah dari jumlah tersebut diberikan pada 8 jam pertama, dan sisanya diberikan untuk 16 jam berikutnya.1

5). Evaluasi urine output

Keluaran urin harus tetap dinilai sebagai evaluasi perfusi ginjal dan keseimbangan cairan. Keluaran urin pada dewasa harus dipertahankan antara 0,5-1 mL/kgBB/jam.1

6). Pemasangan NGT(nasogastric tube)

Pemasangan NGT dapat diberikan pada penderita dengan luas luka bakar > 20% untuk mencegah terjadinya distensi lambung dan muntah. 1

7). Mencegah infeksi

Luka bakar sebaiknya jangan diberi bahan-bahan yang kotor dan sukar larut dalam air seperti mentega, kecap, telur atau bahan yang lengket misalnya kapas. Luka ditutup dengan kain bersih. Jika ada bula, jangan dipecahkan karena merupakan pelindung sementara sebelum dilakukan perawatan luka di rumah sakit.


8). Pengiriman penderita ke rumah sakit sesegera mungkin.


Hal-hal yang perlu diperhatikan:1

1. Semua terapi pengobatan diberikan secara intravena selama masa resusitasi

2. Kadar natrium harus tetap dimonitor untuk menghindari terjadinya hiponatremia

3. Transfusi sel darah merah diindikasikan jika kadar hematokrit <>

4. Insulin dapat diberikan jika glukosa serum > 200 mg/dL

5. H2 blocker dan antasida dapat diberikan agar pH lambung tetap pada kisaran 7


Referensi:

1. Jagminas L. Burn Management. Available from: http://www.springerlink.com/content/j8n43741k7777320/fulltext.pdf

2. Lund C, Browder N. The Estimation of Areas of Burns. Surg Gynecol Obstet 1944;79:352-8.

3. Baxter CR. Management of Burn Wound. Dermatol Clin 1993;11:709-14.

4. Hospital and prehospital resources for optimal care of patients with burn injury: guidelines for development and operation of burn centers. American Burn Association. J Burn Care Rehabil 1990;11:98-104.

5. Dr. I Nyoman Putu Riasa, SpBP. Memahami Luka Bakar, Penanggung Jawab Medis Unit Luka Bakar RS Sanglah, Denpasar, Bali.

EIDCP mempersembahkan blog ini bagi para dokter umum, dokter spesialis, mahasiswa kedokteran dan tenaga medis yang ingin mengetahui update terbaru pengetahuan ataupun kemampuan manajemen keadaan kegawatdaruratan medis. Semua artikel telah di review oleh dewan Ilmiah EIDCP bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia.

Diberdayakan oleh Blogger.

Support

join grup facebook

Sponsors

Share on Facebook

video